Feminis Kontemporer : Pemahaman Awal Perjuangan Hak Perempuan

Feminis Kontemporer : Pemahaman Awal Perjuangan Hak Perempuan
March 26, 2021 Comments Off on Feminis Kontemporer : Pemahaman Awal Perjuangan Hak Perempuan Artikel sa

 Jumat, 26 Maret 2021 pukul 18.00-20.40 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama mengadakan kegiatan diskusi daring mingguan yang bernama FORMAD (Forum Mahasiswa FUAD) dengan tema “Feminis Kontemporer” yang dipantik oleh Safa Intan Nurfadila Mahasiswa Sosiologi Agama IAIN Tulungagung ditemani oleh Mohamad Irvan Ma’arif Mahasiswa IAIN Tulungagung. Diskusi ini dilakukan secara virtual dirumah masing-masing melalui whatsapp grup.     Tema kali ini membahas tentang feminis kontemorer, pengertian feminisme menurut tokoh-tokoh dan secara umum, perkembangan feminisme, pengertian gender, perbedaan gender, ketidaksetaraan gender, dan penindasan gender.     Secara umum feminisme diartikan sebagai keyakinan, gerakan dan usaha untuk memperjuangkan kesetaraan posisi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Feminisme ini sendiri sifatnya adalah patriarkis. Patriarkis adalah sebuah sisitem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. Adapun pengertian feminisme menurut beberapa tokoh yaitu:
Pertama, Sarah Gamble dalam Hodgson-Wright mengartikan feminisme sebagai keyakinan bahwa perempuan murni dan semata-mata karena mereka perempuan, diperlakukan secara tidak adil dalam masyarakat yang diatur untuk memprioritaskan sudut pandang dan kepentingan laki-laki.
Kedua, menurut Jenainati dan Groves feminisme merupakan perjuangan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan.Ketiga, menurut Ross feminisme adalah semua usaha yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi perempuan.     Awal perkembangan feminisme ini sendiri diawali pada tahun 1550-1700 di inggris, hal ini dilakukan sebagai bentuk usaha untuk menghadapi patriarki yang terjadi di inggris pada tahun tersebut. Dalam perkembangannyaa feminisme dibagi menjadi tiga gelombang.Gelombang pertama, diawali dengan adanya tulisan Mary Wollstonecarft The Vindication Of The Rihts Of Woman pada tahun 1792. Dalam karyanya tersebut Mary menginspirasi gerakan dan perjuangan perempuan hingga berlanjut pada abad ke-20 dimana kaum perempuan berhasil mencapai hak pilihnya (hak politik). Dalam tulisannya yang berjudul Wollstonecarft The Vindication Of The Rihts Of Woman May menuliskan bahwa, “perempua  secara alamiah tidak lebih rendah dari laki-laki, tetapi terlihat seperti itu hanya karena mereka tidak memperoleh banyak pendidikan”. Di dalam tulisannya itu ia juga menuliskan pesan bahwa supaya laki-laki dan perempuan dianggap setara dalam setiap dimensi kehidupan. Di gelombang pertama ini feminisme sendiri lebih berfokus pada kesenjangan politik, terutama dalam memperjuangkan hak pilih perempuan di bidang politik. Pada gelombang ini feminisme dibagi menjadi tiga yaitu, feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme marxis.Gelombang kedua feminisme, dimulai tahun 1960an yang ditandai dengan The Feminine Mystique (Freidan,1963), berdirinya National Organization For Woman, dan munculnya kelompok-kelompok conscious raising (CR) pada akhir tahun 1960an. Bisa dikatakan pada gelombang kedua inilah pada akhirnya muncul berbagai reaksi kaum perempuan (feminis) atas ketidakpuasannya terhadap berbagai praktik diskriminasi. Pada feminisme gelombang pertama hal ini sebenarnya telah dicapai, namun dalam praktiknya pada feminisme gelombang kedua ini praktinya lebih terealisasikan secara maksimal. Pada gelombang kedua ini feminisme dibagi menjadi dua, yaitu feminisme psikoanalisa dan feminisme eksistensisme.Feminisme gelombang ketiga, feminisme pada gelombang ketiga ini sering disebut sebagai posfeminisme. Meski demikian, banyak tokoh feminis yang menganggap bahwa feminisme gelombang ketiga berbeda dengan posfeminisme, hal ini sendiri disebabkan karena posfeminisme merupakan gerakan yang menolak gagasan feminis gelombang kedua, dilihat dari ide dan gagasannya sendiri feminisme pada gelombang ketiga ini mengusung keragaman dan perubahan.           Gelombang ini sendiri dimulai pada tahun 1980 hingga sekarang ini. Feminisme gelombang ketiga sangat dipengaruhi oleh postmodernisme yang merupakan pencetus lahirnya feminisme gelombang ketiga. Menurut Lyotard dan Vattimo, pengaruh postmodernisme terhadap feminisme gelombang ketiga dapat dilihat dari empat ciri, keempat ciri tersebut yaitu menawarkan pendekatan revolusioner pada studi-studi sosial, menolak humanisme dan kebebasan tunggal, mempertanyakan rigiditas pembacaan antara ilmu alam (humaniora, ilmu sosial, seni dan sastra, fisksi dan teori, image, dan realitas), serta berfokus pada wacana alternatif (postmodernisme mencoba melihat kembali apa yang telah dibuang, dilupakan, dianggap irasional, tidak penting, tradisional, ditolak, dimarginalkan, dan disunyikan). Di gelombang ketiga ini feminisme dibagi menjadi dua, yaitu Feminisme postmodern, feminisme ini bertitik tekan pada teks sebagai dasar berpikirnya, ia membangun anggapan bahwa realitas adalah teks, baik berbentuk lisan, tulisan, maupun image yang dalam pengupayaannya nampak berusaha mengkritik cara laki-laki yang diproduksi melalui bahasa laki-laki. Feminisme postmodern menolak cara berfikir yang fanatik atau tradisional, ia lebih menekankan pada interpretasi yang plural ketimbang subjektifitas, adanya pengaruh eksistensialisme, psikoanalisis, dan deskontruksi sangat terasa dalam aliran feminisme postmodern ini. Feminisme postmodern menganggap perbedaan antara laki-laki dan perempuan harus diterima dan dipelihara, perempuan harus bisa berusaha membongkar narasi-narasi besar, realitas, konsep kebenaran, dan juga bahasa. Upaya inilah yang kemudian melahirkan beberapa langkah dalam merekonstruksi pengalaman perempuan dalam dunia laki-laki, perempuan harus membentuk bahasanya sendiri, perempuan harus membentuk seksualitasnya sendiri, dan harus ada usaha untuk menyimpulkan dirinya sendiri.     Feminisme multikultural, feminisme ini senada dengan teori aliran feminisme sebelumnya yang juga melihat individu sebagai sesuatu yang terfragmentasi. Oleh karna itu feminisme multikultural lebih menyoal ide bahwa ketertindasan perempuan bersoal dari satu definisi, bukan dari kelas dan ras, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Secara historis feminisme multikultural pertama kali berlangsung di Amerika Serikat dimana ideologi yang mendukung adanya diversifikasi (ide tentang perbedaan) menjadi pilihan dalam ideologinya. Hingga memasuki abad ke 20 ide asimilasi dan identias tunggal kemudian menjadi pilihan yang kuat, hal ini lah yang pada akhirnya memberi jalan pada etnisitas sekaligus integrasi hingga melahirkan multikulturalisme dan berpengaruh kuat pada aliran feminisme multikultural. Penyambutan baik terhadap multikulturalisme didasarkan pada pengagungan pada ide perbedaan. Bahwa bagi kalangan feminis  multikultural semua orang sesungguhnya berbeda-beda, baik secara agama, warna kulit, ras, dan lain sebagainya.     Dalam mempelajari feminisme tidak lupa kita juga harus dapat memahami tentang apa itu gender, perbedaan gender, ketidaksetaraan gender, serta penindasan gender. Istilah gender sering kali kita dengar, namun sebenarnya apakah gender itu. Gender sering sekali disebut sebagai jenis kelamin, secara umum pengertian gender sendiri adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh kontruksi sosial, budaya, maupun psikologi. Contohnya seperti halnya jika laki-laki biasanya jalan cepat ngangkang dan gagah sedangkan perempuan sebaliknya, perempuan cenderung pemalu, duduk rapi, dan sebagainya.     Perbedaan gender adalah teori yang melukiskan, menjelaskan dan melacak implikasi cara pria dan wanita sama atau tidak sama baik dalam hal perilaku dan pengalaman.Ketidaksetaraan gender adalah situasi dimana pria dan wanita mendapatkan perilaku diskriminatif tetapi juga dengan cara yang tidak setara di dalam masyarakat. Ketidaksetaraan tersebut dihasilkan dari pengorganisasian masyarakat, bukan dari perbedaan biologis ataupun kepribadian yang signifikan diantara wanita dan pria. Sedangkan pengertian penindasan gender sendiri adalah situasi wanita secara sentral didominasi dan ditindas oleh pria, pola penindasan gender itu dipadukan dengan cara-cara yang paling meresap di dalam organisasi masyarakat, suatu susunan dasar dominasi paling lazim disebut patriarki. Patriarki merupakan masyarakat diatur untuk mengistimewakan laki-laki di dalam segala aspek kehidupan sosial.

About The Author
sa