Sosiologi Agama Modern menuju Post-Modern

Sosiologi Agama Modern menuju Post-Modern
August 28, 2022 Comments Off on Sosiologi Agama Modern menuju Post-Modern RADIASI sa

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengadakan kegiatan diskusi mingguan yang bertujuan untuk memberi pemahamann lebih lanjut kepada mahasiswa Sosiologi Agama. Kegiatan ini bernama RADIASI, merupakan program kelanjutan dari program kerja terdahulu. Radiasi kali ini diselenggarakan pada hari Senin, 11 Juli 2020 pukul 19.10-21.10 WIB secara virtual melalui Google Meet. Radiasi kali ini mengusung tema “Sosiologi Agama Modern menuju Post-modern” yang dipantik oleh Gerwin Satria Nirbaya (Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) dan dimoderatori oleh Kharisma Diajeng Puspitasari (Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung).Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengadakan kegiatan diskusi mingguan yang bertujuan untuk memberi pemahamann lebih lanjut kepada mahasiswa Sosiologi Agama. Kegiatan ini bernama RADIASI, merupakan program kelanjutan dari program kerja terdahulu. Radiasi kali ini diselenggarakan pada hari Senin, 11 Juli 2020 pukul 19.10-21.10 WIB secara virtual melalui Google Meet. Radiasi kali ini mengusung tema “Sosiologi Agama Modern menuju Post-modern” yang dipantik oleh Gerwin Satria Nirbaya (Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) dan dimoderatori oleh Kharisma Diajeng Puspitasari (Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung).

Sosiologi sejak awal menaruh perhatian besar terhadap fenomena agama, kepercayaan yang dianut oleh seseorang mempunyai dampak besar bagi kehidupan dirinya juga pada sosial. Agama mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kapitalis yang ada di Eropa, agama juga diyakini mempunyai kaitan dengan institusi sosial lain.  Sosiologi mempelajari agama bukan hanya dari dimensi sosialnya tetapi juga mempelajari dimensi dari individualnya. Dibawah ini merupakan beberapa sosiolog yang terkenal didalam pemikiran-pemikirannya.

  1. Talcott Parsons

Talcott merupakan seorang sosiolog Amerika tradisi klasik, Talcott lahir pada tanggal 13 Desember 1902 di Colorado dan meninggal pada tahun 1979 di Munchen. Ayah Talcott merupakan seorang pendeta dan profesor di kotanya. Setelah lulus dari universitas, Talcott melanjutkan belajar di luar negeri tepatnya di Universitas London dan Universitas Heidelberg lalu kembali kerumah dibawah pengaruh Weber dan Mmarinowski. Teorinya yang terkenal ialah teori aksi sosial dan teori fungsionalisme struktural parsons. Teori fungsionalisme struktural parsons memiliki perspektif masyarakat, bahwa pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang terintegrasi secara fungsional kedalam suatu bentuk ekuilibrium atau cair. Menurut Talcott agama memiliki fungsi integratif, selain berfungsi integratif agama juga menjadi sumber konflik, tidak hanya itu agama membantu masyarakat dalam menghadapi peristiwa yang tidak terkontrol,tepatnya agama memberikan makna hidup. Konsep imperatif fungsional menurut Talcott Parsons, yaitu :

  1. Adaptation (adaptasi), yaitu sistem yang mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar.
  2. Goal attainmet (pencapaian tujuan), yaitu sistem yang mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
  3. Integration (integrasi), yaitu sistem yang mengatur hubungan bagian yang menjadi komponen.
  4. Latency (pemeliharaan pola, yaitu sistem yang melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi dari individu.

Menurut Parsons nilai-nilai kristiani telah mencapai fundamental yang membentuk peradaban kapitalis barat melalui penekanannya terhadap tanggung jawab individual, pertapaaan, dan pemisah antara kerohanian dan politik. Teori struktural yang dibangun Parsons dipengaruhi oleh sosiolog Eropa yang menyebabkan teori Parsons bersifatempiris, positivistis, dan ideal. Pandangan teori ini dilihat dari hubungan antara anda dan orang-orang lain yang terpola dilihat sebagai masyarakat.

  • Peter L. Berger

Peter Ludwig merupakan seorang sosiolog dan teolog yang lahir di Vienna, Austria. Berger lahir pada tanggal 17 Maret 1929 ia merupakan anak dari seorang pembisnis, masa kecil Berger dihabiskan di daerah kelahirannya di Vienna dan tak lama setelah perang dunia kedua berakhir ia berimigrasi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan S2 dan S3nya. Berger berasumsi bahwa manusia merupakan makhluk yang belum jadi, dan realitas sosial juga merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu merupakan manusia yang bebas melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Kemudian individu juga bukan korban dari fakta sosial, namun media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. Berger memiliki pandangan bahwa agama merupakan penjaga dari kesetabilan kehidupan.

Berger memiliki 3 teori kontruksi realitas sosial, yaitu :

  1. Eksternalisasi, tatanan sosial sebagai kontestasi societas produk manusia.
  2. Obyektivasi, dibuat dan dibangun oleh manusia.
  3. Internalisasi.
  • Robert N. Bellah

Robert merupakan sosiolog yang berasal dari Amerika. Ia lahir di Altus, Oklahoma, Amerika Serikat pada tanggal 23 Februari 1927. Ia dibesarkan di lingkungan yang sangat religius. Pada tahun 1950 robert berhasil menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Harvard dan melanjutkan S2 pada tahun 1955 di Universitas yang sama. Dua tahun kemuadia pada tahun 1957 Robert mengambil disertasi di Institute for Islamic Studies, Universitas Mc Gill, Kanada. Robert juga membuat gagasan civil religion atau agama sipil yang berasumsi bahwa agama adalah sarana persatuan koliktif masyarakat yang tidak hanya berkaitan pada ranah tradisional atau kultural. Ia berbicara mengenai eksistensi agama masyarakat yang ada di Amerika mencerminkan bentuk komitmen keagamaan kolektif di samping praktik keagamaan tradisional.

  • Jose Casanova

Jose Casanova merupakan sosiolog agama dengan fokus pada penelitian glogalisasi, agama, dan skularisasi. Casanova lahir pada tahun 1951, merupakan seorang profesor di Universitas Georgetown dan seorang penliti senior di Berkley Center for Religion, Peace, and World Affairs dan memegang gelar Bachelor of Arts dari University of Innsbruck di bidang teologi dan juga gelar Master of Arts dan Doctor of Philosophy dalam sosiologi dari New School for Social Research. Casanova memiliki asumsi dasar mengenai agama, dimana agama merupakan salah satu bentuk kebebasan identitas yang dimiliki oleh individu dan kelompok.

Menurut Casanova situasi masyarakat agama di Eropa adalah “believing without belonging”, yaitu mempercayai tanpa merasa memiliki. Namun negara mengkarakteristikkan agama sebagai “belonging without believing,” karena mereka memiliki agama, tetapi tidak boleh mengekspresikannya ke ruang publik, hanya di ruang privat saja. Adanya batasan tersebut membuat mereka seakan tidak memiliki agama tersebut sehingga terdapat kecendrungan negara untuk menghubungkan proses sekulerisasi ke arah proses modernisasi dibandingkan ke pola penyebaran agama, politik, dan komunitas masyarakat dalam konteks gereja, negara. Bangsa merupakan akar kebuntuan dari debat tentang sekulerisasi.

Casanova memiliki tiga elemen tesis sekularisasi yang sangat penting, yaitu:

  1. Menurunnya kepercayaan dan praktek keagamaan dalam ranah sosial dan politik.
  2. Meningkatnya difrensiasi struktur sosial berakibat pada pemisahan agama dari politik.
  3. Ekonomi, sains dan bidang yang lainnya.

Menurutnya pada masa kontemporer ini ditunjukan dengan meningkatnya deprivatisasi agama, Casanova menyatakan bahwa dari ketiga tesis sekularisasi di atas yang bisa dipertahankan hanya proposisi kedua – sekularisasi sebagai difrensiasi. Sedangkan proposisi kesatu dan ketiga tidak terbukti. Difrensiasi sosial memang telah membuat agama seolah memiliki ranah tersendiri, tidak berakibat pada isolasi dari ranah yanglainnya.

About The Author
sa